Jumat, 28 Agustus 2009

TPT Agri `08


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Persiapan Pembibitan dan Penanaman pada Tanaman Tebu

2.1.1 Persiapan pembibitan.

Dalam pembibitan tebu, ada beberapa macam bibit yang akan ditanam yaitu :

(1) bibit pucuk,
(2) bibit batang muda,
(3) bibit rayungan dan
(4) bibit siwilan

a) Bibit pucuk

Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu.
Biaya bibit lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air. Penggunaan bibit pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.

b) Bibit batang muda

Dikenal pula dengan nama bibit mentah / bibit krecekan. Berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang. 1 hektar tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar.

c) Bibit rayungan (1 atau 2 tunas)

Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:

1. Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat
2. Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai.
3. Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha

Bibit ini memerlukan banyak air dan pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman kebun bibit rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu.
Kelemahan bibit rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu pengangkutan dan tidak dapat disimpan lama seperti halnya bibit bagal.

d) Bibit siwilan

Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.

2.1.2 Penanaman

Penanaman tebu lahan sawah pada umumnya dilaksanakan sekitar bulan Mei-Juli. Hal ini karena alasan ketersediaan air pada bulan-bulan tersebut yang sangat diperlukan pada masa-masa awal pertumbuhan tanaman tebu. Cara penanamannya tergantung dari bentuk bibit yang digunakan. Sebagai contoh untuk bibit bagal cara penanamannya adalah mendatar sedalam ± 1 cm dengan

posisi mata di samping. Sedangkan untuk bibit rayungan mata satu, penanamannya dilakukan miring dengan sudut ± 60° dan rayungannya berada di bawah. Sebelum bibit ditanam, tanah di dasar juringan (kasuran tanam) dilembabkan terlebih dahulu dengan air.

Dalam mempersiapkan penanaman, maka tahap berikutnya yang perlu kita kerjakan adalah melaksanakan sisiran dari guludan maupun juringan. Pekerjaan ini meliputi menyisir tanah yang berada pada sisi guludan dan pinggiran tanah juringan. Sisiran baru dapat dilakukan apabila kedua tanah tadi sudah dayung. Tanah sisiran dimasukkan ke dalam juringan sebagai persiapan pertama untuk kasuran tanam. Adapun maksud dari sisiran tadi bukan saja untuk menyiapkan kasuran tanaman tetapi sekaligus bermaksud untuk menghilangkan rumput-rumputan yang mungkin tumbuh di tepi juringan. Sisiran sebaiknya dilakukan dengan membentuk juring melebar ke atas.

Tahap berikutnya dalam

mempersiapkan tanam ini, adalah pelaksanaan turun tanah dari tanah guludan sebelah atas yang sudah dayung. Tanah sudah dianggap dayung, apabila tanah guludan tadi mudah pecah dalam bentuk butiran-butiran yang cukup kecil. Untuk itu diperlukan waktu sekitar 3-4 minggu dimulai sejak awal penggalian juringan yang bersangkutan. Jumlah tanah yang diturunkan ke dalam juringan cukup banyak, yaitu sekitar 2/3 dari dalamnya juringan.

Tahap terakhir dalam mempersiapkan tanam ini, adalah membuat kasuran tanam. Dalam membuat kasuran tanam ini, kita bisa memilih dua kemungkinan. Pertama, kasuran tanam dibuat merata dalam juringan. Kedua, kasuran tanam hampir berbentuk seperempat lingkaran, yaitu memiliki bukit disebelah sisi juringan yang satu, sedang sisi lainnya berupa lembah. Lembah ini biasanya disebut dengan klacenan.

Dalam pengetrapan

kedua kasuran tadi di lapang, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Bentuk pertama untuk keadaan tanah yang ringan, sedangkan untuk bentuk tanah yang kedua diterapkan pada tanah yang berat maupun untuk tanah-tanah yang berdrainase jelek.

3. Pemeliharaan Tanaman

3.1. Penjarangan dan Penyulaman

a) Sulaman pertama untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Bibit rayungan sulaman disiapkan di dekat tanaman yang diragukan pertumbuhannya. Setelah itu tanaman disiram. Penyulaman ked

ua dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman pertama.

b) Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata dua dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4 helai). Sulaman diambil dari persediaan bibit dengan cara membongkar tanaman beserta akar dan tanah padat di sekitarnya. Bibit yang mati dicabut, lubang diisi tanah gembur kering yang diambil dari guludan, tanah disirami dan bibit ditanam dan akhirnya ditimbun tanah. Tanah disiram lagi dan dipadatkan.

c) Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit pucuk. Penyulaman pertama dilakukan pada minggu ke 3. Penyulaman kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan setelah tanam. Kedua penyulaman

ini dilakukan dengan cara yang sama dengan point (b) di atas.

d) Penyulaman ekstra dilakukan jika perlu beberapa hari sebelum pembumbunan ke 6. Adanya penyulaman ekstra menunjukkan cara penanaman yang kurang baik.

e) Penyulaman bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika ada bencana alam atau serangan penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati.

Tanaman sehat yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan dipakai menyulan tanaman mati. Kurangi daun-daun tanaman sulaman agar penguapan tidak terlalu banyak dan beri pupuk 100-200 Kg/ha.

3.2. Penyiangan


Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma. Pemberantasan gulma dengan herbisida di kebun dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November dengan campuran 2-4 Kg Gesapas 80 dan 3-4 Kg Hedanol power.

3.3. Pembubunan
Sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh agar struktur tanah tidak rusak.

a) Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat mengering.

b) Pembumbun ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.
c) Pembumbuna ke tiga dil

akukan pada waktu umur 3 bulan.

3.3 Perempalan

Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.

3.4 Pemupukan


Pemupukan dilakukan dua kali yaitu (1) saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha).dan (2) pada 30 hari setelah pemupukan ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar.

Pupuk diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai dalam satu hari.
Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 hst.


3.5 Pengairan dan Penyiraman

Pengairan dilakukan dengan berbagai cara:
a) Air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.
b) Penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu tanaman berumur 3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun.
c) Air siraman diambil dari saluran pengairan dan disiramkan ke tanaman.
d) Membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam.


Pengairan dilakukan pada saat:
a) Waktu tanam
b) Tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetatif
c) Pematangan.





3.6 Pemeliharaan Tanaman


Tindakan pemeliharaan

tanaman relatif sama dengan perawatan tanaman baru, antara lain yaitu pengendalian gulma, turun tanah, kelentek dan pemberiaan air.

Khusus untuk perawatan gulma perlu diintensifkan, karena jumlah tunas keprasan sangat berkurang akibat persaingan gulma yang tumbuh di barisan tebunya. Penyiangan gulma dikerjakan secara manual tiga kali yakni pada umur 1,2 dan 3 bulan setelah tebu ditanam. Penggunaan herbisida sebagai pengganti tenaga penyiang yang mulai sulit diperoleh, adalah dengan penyemprotan campuran-campuran herbisida emetryne + 2,4 D atau diuron + 2,4 D atau atrazine + 2,4 D.

Pemberian tanah untuk tebu lahan kering hanya dilakukan dua kali yaitu sebelum pemupukan kedua pada umur 1-1,5 bulan dan pada umur 2,5-3 bulan, atau dapat dilakukan sekali pada umur 2-3 bulan apabila drainase tanahnya jelek.Klentek hanya d

ilakukan satu kali pada akhir musim hujan atau kira-kira 2-3 bulan sebelum tebang.

Pemeliharaan saluran drainase terutama perlu dilakukan selama musim hujan untuk menjaga kelancaran pengeluaran air yang berlebih. Sebagaimana pada lahan sawah, pemupukan bagi tanaman tebu di lahan kering tidak diberikan sekaligus tetapi juga bertahap disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan untuk mencegah kehilangan pupuk. Dosis umum disesuaikan dengan kondisi tanah setempat. Untuk tebu keprasan, disamping pemeliharaan sebagaimana pada tanaman pertama, dilakukan pola pengaturan klaras dan sub-soiling. Pengaturan klaras (off baring) di antara barisan tanaman tebu dilakukan untuk mencegah melebarnya rumpun tebu keprasan agar penebangan dengan mesin tebang tidak mengalami kesulitan. Sedangkan sub-soiling ditujukan untuk menggemburkan tanah diantara barisan tanaman tebu yang biasanya mengalami pemadatan oleh roda traktor dan trailer yang digunakan pada penebangan dan pengangkutan. Didaerah-daer

ah tebu tegalan di Jawa, kedua pekerjaan tersebut tidak dilakukan.

Tanaman tebu akan berkurang pertumbuhannya akibat kekeringan atau akibat kelebihan air (air menggenang). Keprasan biasanya mampu menderita akibat cekaman air. Tetapi penggenangan air dalam jangka waktu lama akan berakibat mematikan perakaran tebu. Besarnya gangguan oleh genangan air terhadap pertumbuhan tebu, tergantung pada saat dan lama kondisi anaerob berlangsung.

Di Indonesia dimana banyak tebu keprasan tumbuh di musim kemarau dan berada di lahan tegalan, pemberian air sampai setengah kapasitas lapangnya akan meningkatkan pertumbuhan tebu keprasan sampai 174 persen daripada kondisi kekurangan air yaitu seperempat kapasitas lapangnya. Berarti hasil panen keprasannya dapat ditingkatkan, hanya dengan meningkatkan ketersediaan air sampai kondisi dibawah kebutuhan optimalnya.



4. PERAWATAN DAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN TEBU

Perawatan tanaman tebu antara lain yaitu penyulaman, pengendalian gulma, pembumbunan, kelentek, perempalan dan pemberiaan air.

Penyulaman tanaman tebu, bisa dilakukan dengan cara :

1. Sulam sisipan, dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan bermata satu.

2. Sulaman ke - 1,

dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan.

3. Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman berumur + 1 bulan.

4. Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan.

5. Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2.

Dalam hal pe

ngendalian gulma, khusus untuk perawatan gulma perlu diintensifkan, karena jumlah tunas keprasan sangat berkurang akibat persaingan gulma yang tumbuh di barisan tebunya. Penyiangan gulma dikerjakan secara manual tiga kali yakni pada umur 1,2 dan 3 bulan setelah tebu ditanam. Penggunaan herbisida sebagai pengganti tenaga penyiang yang mulai sulit diperoleh, adalah dengan penyemprotan campuran-campuran herbisida emetryne + 2,4 D atau diuron + 2,4 D atau atrazine + 2,4 D.

Tahap – tahap pembumbunan tebu antara lain :

> Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3 - 4 helai. Pembumbunan dilakukan

dengan cara membersihkan rumput-rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.

> Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar + 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau + 2 bulan.

> Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm.Klentek dilakukan dengan melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, umur 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang.

Pemeliharaan salu

ran drainase terutama perlu dilakukan selama musim hujan untuk menjaga kelancaran pengeluaran air yang berlebih. Sebagaimana pada lahan sawah, pemupukan bagi tanaman tebu di lahan kering tidak diberikan sekaligus tetapi juga bertahap disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan untuk mencegah kehilangan pupuk. Dosis umum disesuaikan dengan kondisi tanah setempat.

Untuk tebu keprasan, disamping pemeliharaan sebagaimana pada tanaman pertama, dilakukan pola pengaturan klaras dan sub-s

oiling. Pengaturan klaras (off baring) di antara barisan tanaman tebu dilakukan untuk mencegah melebarnya rumpun tebu keprasan agar penebangan dengan mesin tebang tidak mengalami kesulitan. Sedangkan sub-soiling ditujukan untuk menggemburkan tanah diantara barisan tanaman tebu yang biasanya mengalami pemadatan oleh roda traktor dan trailer yang digunakan pada penebangan dan pengangkutan. Didaerah-daerah tebu tegalan di Jawa, kedua pekerjaan tersebut tidak dilakukanPengairan dilakuka pada saat:
a) Waktu..tanam
b) Tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetatif
c) Pematangan

Tanaman tebu akan berkurang pertumbuhannya akibat kekeringan atau akibat kelebihan air (air menggenang). Keprasan biasanya mampu menderita akibat cekaman air. Tetapi penggenangan air dalam jangka waktu lama akan berakibat mematikan perakaran tebu. Besarnya gangguan oleh genangan air terhadap pertumbuhan tebu, tergantu

ng pada saat dan lama kondisi anaerob berlangsung.

Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.

Batang tebu yang roboh atau miring perlu diikat, baik silang dua maupun silang empat. Ros - ros tebu, yang terdiri dari satu deretan tanaman, disatukan dengan rumpun - rumpun dari deretan tanaman di sisinya, sehingga berbentuk menyi

lang.

Di Indonesia dimana banyak tebu keprasan tumbuh di musim kemarau dan berada di lahan tegalan, pemberian air sampai setengah kapasitas lapangnya akan meningkatkan pertumbuhan tebu keprasan sampai 174 persen daripada kondisi kekurangan air yaitu seperempat kapasitas lapangnya. Berarti hasil panen keprasannya dapat ditingkatkan, hanya dengan meningkatkan ketersediaan air sampai kondisi dibawah kebutuhan optimalnya.

5. PEMUPUKAN

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu, pertama saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha).dan yang kedua pada 30 hari setelah pemupukan ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar.

Pupuk diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyira

man harus selesai dalam satu hari.

Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 hst.



6. KRITERIA PANEN

6.1. Ciri dan Umur Panen

Umur panen tergantung dari jenis tebu:
a) Varitas genjah masak optimal pada <> 14 bulan.

Panen dilakukan pada bulan Ag


ustus pada saat rendeman (persentase gula tebu) maksimal dicapai.

6.2. Cara Panen

a) Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.

b) Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang.

c) Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar. Potong akar batang dan 3 buku dari permukaan pangkal batang.,

d) Pucuk dibuang.

e) Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk segera digiling

Panen dilakukan satu kali di akhir musim tanam.

Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase :

1.Fase Perkecambahan

Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.

2.Fase Pertunasan

Dimulai dari umur 5 minggu sampai umur 3,5 bulan.

3.Fase Pemanjangan Batang

Dimulai pada umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.

4.Fase Kemasakan

Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati.Pada fase ini gula didalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal,kurang lebih terjadi pada bulan Agustus,dan setelah itu remdemennya berangsur-angsur menurun.Tahap pemasakan inilah yang disebut dengan tahap penimbunan rendemen gula.

5. Fase Kematian

Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %,artinya ialah bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.

Ada 3 macam rendemen,yaitu: rendemen contoh,rendemen sementara, dan rendemen efektif.

1. Rendemen Contoh

Rendemen ini merupakan contah yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum. Dengan kata lain rendemen contah adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan kapan saat tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang memadai.

2. Rendemen Sementara

Perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula,namun sifatnya masih sementara.Hal ini untuk memenuhi ketentuan yang menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai giling namun diberitahu lewat perhitungan rendemen sementara.

Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan mengambil nira perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk mengetahui berapa besar rendemen sementara tersebut.



3. Rendemen Efektif

Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi. Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis dalam jangka waktu tertentu.Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik gula mempunyai hari giling 170 hari,maka jumlah periode giling adalah 170/15 = 12 periode.Hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.

Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelas hanya sebagian kecil saja yang akan menjadi gula.Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 10 % maka hanya 10 kg gula yang didapat dari 1 kuintal tebu tersebut.Hal ini dapat dijelaskan sbb :

7. Pengolahan dan Proses pembuatan gula Tebu

7.1 Ekstraksi

Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di kebanyakan pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar yang berukuran besar. Cairan tebu manis dikeluarkan dan serat tebu dipisahkan, untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas (boiler). Di lain pabrik, sebuah diffuser digunakan seperti yang digambarkan pada pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.


7.2 Ekstraksi gula

Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula, sekitar 50% air serta pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang terhitung sebagai “abu”. Sebuah tebu bisa mengandung 12 hingga 14% serat dimana untuk setiap 50% air mengandung sekitar 25 hingga 30 ton bagasse untuk tiap 100 ton tebu atau 10 ton gula.

Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming)

Pabrik dapat membersihkan jus dengan mudah dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran untuk kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming.

Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih.

Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.

Penguapan (Evaporasi)

Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses yang dinamakan evaporasi. Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi.

Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam ‘evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).

Pendidihan/ Kristalisasi

Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.

7.3 Sentifugasi gula (Sumber)

Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan.

Dalam sebuah pabrik pengolahan gula kasar (raw sugar) umumnya dilakukan tiga proses pendidihan. Pertama atau pendidihan “A” akan menghasilkan gula terbaik yang siap disimpan. Pendidihan “B” membutuhkan waktu yang lebih lama dan waktu tinggal di dalam panci pengkristal juga lebih lama hingga ukuran kristal yang dinginkan terbentuk. Beberapa pabrik melakukan pencairan ulang untuk gula B yang selanjutnya digunakan sebagai umpan untuk pendidihan A, pabrik yang lain menggunakan kristal sebagai umpan untuk pendidihan A dan pabrik yang lainnya menggunakan cara mencampur gula A dan B untuk dijual. Pendidihan “C” membutuhkan waktu secara proporsional lebih lama daripada pendidihan B dan juga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuk kristal. Gula yang dihasilkan biasanya digunakan sebagai umpan untuk pendidhan B dan sisanya dicairkan lagi.

Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol. Inilah yang menyebabkan lokasi pabrik rum di Karibia selalu dekat dengan pabrik gula tebu.

7.4 Penyimpanan

Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.

7.5 Afinasi (Affination)

Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan “afinasi”. Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil (‘magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga pengotor dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum perlakuan berikutnya (karbonatasi).

Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses.

7. 6 Karbonatasi

Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas.

7.7 Penghilangan warna

Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat “bone char”, sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan.

Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.

7.8 Pendidihan

Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.

7. 9 Pengolahan sisa (Recovery)

Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari pembersihan pada tahap afinasi masih mengandung sejumlah gula yang dapat diolah ulang. Cairan-cairan ini diolah di ruang pengolahan ulang (recovery) yang beroperasi seperti pengolahan gula kasar, bertujuan untuk membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula kasar hasil pembersihan setelah afinasi. Seperti pada pengolahan gula lainnya, gula yang ada tidak dapat seluruhnya diekstrak dari cairan sehingga diolah menjadi produk samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti misalnya pabrik penyulingan alkohol.



teknologi produksi tanaman

coba dulu ya